Menurut sebuah studi berjulukan "Tweet2Quit" yang dilakukan oleh para peneliti dari Stanford University dan University of California-Irvine, orang yang sering men-tweet lebih gampang menghentikan kebiasaan merokok.
Dalam penelitian ini para peneliti membentuk kelompok dengan dua puluh anggota yang berkomunikasi satu sama lain melalui situs jejaring sosial Twitter selama 100 hari.
Peserta juga diberikan alat pencegah rokok nicotine patch, pesan teks harian otomatis, dan panduan berbasis web. Selain itu, mereka diminta untuk men-tweet setidaknya sekali sehari ihwal progres mereka dalam perjuangan menghentikan kebiasaan merokok. (baca: Pria Waspadalah, Rokok Dapat Mengurangi Kelelakian Anda! )
Sebuah pola dari percakapan pembuka: "Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda mencicipi dorongan untuk merokok?" Mengutip laman Mirror, rata-rata dari penerima mengirimkan 72 tweet selama 100 hari pertama.
Kelompok pertama mempunyai tingkat pencapaian berhenti merokok 42%. Selama 60 hari ke depan, 42% di antaranya mengaku bahwa mereka masih tidak merokok. Para peneliti kemudian mengirimkan pesan secara mobile dan menemukan bahwa kelompok kedua mempunyai tingkat keberhasilan 75%.
Penemuan tersebut dikala ini telah dipublikasikan dalam Journal of Medical Internet Research di Amerika Serikat.
"Lingkungan di Twitter membuat semacam kelompok yang dinamis. Itu sangat penting bagi perokok sosial. Selain itu, pemimpin kelompok secara alami muncul, memfasilitasi percakapan online. Para pemimpin tersebut bahkan memainkan tugas penting dalam memantau kelompoknya," kata salah satu peneliti Cornelia Pechmann.
Baca Juga: