ADS

Partner, Persentase Saham Atau Bagi Hasil?



Dalam Bermitra Bisnis, Biasanya dukungan saham dilakukan alasannya ingin mengikat seseorang yang potensial sebagai partner. Namun ada pilihan lain yaitu menunjukkan Bagi Hasil (Profit Sharing) terlebih dahulu, sebelum ke pembagian kepemilikan/Saham ( Baca: Partner Bisnis: Kawan atau Lawan? )

Misalnya Anda membuka resto, lalu ingin mengikat kokinya. Gunakan sistim bagi hasil, bukan saham. Apa bedanya? Bagi Hasil tak mengikat kepemilikan. Dia menerima bagi hasil hanya ketika bekerja disitu saja. Jika Anda tidak cocok atau si koki keluar, maka otomatis perjanjian bagi hasil tak dilanjutkan lagi.

Beda dengan saham, sekali tanda tangan di akte notaris, maka ia yakni pemilik. Meski tak bekerja lagi, tetap jadi pemilik. Jika ia meninggal, maka menjadi milik mahir warisnya. Meski demikian, ada pasal-pasal yang sanggup mengecilkan (delusi) kepemilikan saham, ketika terjadi penambahan modal sepihak.

"Lebih baik saya mempunyai 1% saham dari 100 perusahaan, daripada 100% saham dari 1 perusahaan"  -Sudwikatmono- 

Berapa persen bagi hasil yang pas? Tergantung seberapa bantuan ia dalam perusahaan Anda dan seberapa cantik track recordnya. Jika kokinya setara Farah Quinn, sanggup jadi bagi hasil ke sang koki lebih besar dari 50%. Karena sanggup Buka Langsung Laris. Jika koki tak terkenal, tapi masakannya enak, bagi alhasil sanggup 5% - 30% dari Laba Bersih.

Ada baiknya bagi hasil tak dilakukan perbulan. Minimum per 3 bulanan (akumulasi). Menghindari bulan kerugian diantara keuntungan.

Kalau di dunia franchise, ada yang disebut Management Fee, besarannya 10 - 30 % dari Laba Bersih. Sesuai dengan namanya, Management Fee yakni fee yang diberikan atas pengelolaan penuh suatu usaha. Investor/pemilik bisnis terima bersih.

10-30% masih bergantung dari Target Laba (atau omzet) yang dicapai di bulan itu. Misalnya:
• Profit lebih dari 100 juta, menerima 30%.
• Profit 30 – 100 juta, menerima 20%.
• Profit kurang dari 30 juta, tak menerima bagi hasil.

Dengan begitu pengelola (management) juga akan terpacu untuk menggenjot omzet dan laba. Gak mencapai target, ya gak sanggup duit.

Perhatian: Sebagai pengelola atau 'koki', harus menerima GAJI, diluar bagi hasil. Jika tidak, bagaimana ia sanggup bertahan hidup?

Sangat berbahaya kalau bagi hasil yang diberikan tanpa honor bulanan. Jika perusahaan rugi, maka ia akan 'nyambi' cari duit diluar. Terbaik yakni ada masa percobaan (tertulis), sehingga Anda pun tak 'berjudi' ketika mengambil dia. Jika sudah terbukti dengan waktu, loyalitas, attitude, dan skillnya, barulah dirundingkan untuk diberi saham (kepemilikan).

Saham sanggup dibeli oleh 'si koki' dengan harga Istimewa dan dibayar cicil atau diberikan cuma-cuma (saham kosong).

Berapa besarannya? Tergantung dari nilai perusahaan ketika itu dan bantuan ia selama ini dan dimasa mendatang. Kebanyakan ‘koki’ hanya sanggup menjalankan usaha, tapi tak hingga ke level membuatkan usaha. Apapun alasannya..

Patokannya? Antara 5% - 30%, sanggup juga lebih, tergantung 'siapa dia'.

Kalau si 'koki' ternyata hanya sanggup mengelola 1 cabang saja, sanggup jadi sahamnya yakni saham cabang, bukan saham pusat. Jika sudah memutuskan memberi saham, maka kalau ia sudah tak bekerja disitu lagi, maka bagi hasil (deviden) tetap didapat.

Dengan memberi saham kepada pengelola, maka sanggup membebaskan ketergantungan Anda dalam bisnis Anda. Passive Income..!

Mungkin Anda terfikir: Kalo sanggup dimiliki sendiri, kenapa harus dibagi! Itu pilihan dan konsekuensi Anda.

Jika menentukan bermitra dengan orang lain alasannya sanggup melengkapi kekurangan Anda. Juga berjaga kalau sesuatu terjadi pada diri Anda, maka perusahaan akan tetap jalan. Semakin ke belakang, biasanya semakin kecil porsi saham Anda, namun semakin bebas Anda bergerak.


Subscribe to receive free email updates:

ADS