Usai dilantik di Gedung MPR/DPR, Jokowi eksklusif disambut meriah dengan pesta rakyat, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam sejarah Indonesia. Catatan sejarah, tak jarang presiden naik karena ada pergumulan politik, mulai dari masa Soekarno, kemudian digantikan oleh Soeharto, dilanjut oleh Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, sampai risikonya pemilu demokratis untuk kepala negara yang disandang oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Torehan sejarah Jokowi cukup menciptakan asa bagi masyarakat. Harapan perbaikan dan perubahan pun terletak di bahu Jokowi. (Baca Juga: Selamat Bertugas Sang Harapan Baru )
Tak pelak, pasca-pelantikan, publik menanti harap apa kabinet yang akan disusun oleh pengusaha meubel ini. Tak ayal, spekulasi bermunculan, tekanan politik pun dilontarkan oleh sejumlah politisi sampai pengamat.
Usai pelantikan, keesokan harinya Jokowi eksklusif menggelar rapat kabinet paripurna. Di dalam rapat itu, Jokowi menekankan tidak ada lagi visi dari kementerian, yang ada hanya visi presiden. Kementerian hanya bertugas mengeksekusi visi presiden. Menteri-menteri pun dipaksa eksklusif kerja dan cepat mengerti tempatnya bekerja, kalau perlu menggandakan Jokowi yang hobi blusukan.
Beberapa hari sesudah pelantikan, para menteri pun eksklusif memperlihatkan kesiapannya bekerja di bawah kepemimpinan Jokowi. Mereka eksklusif ikut turun ke lapangan dan melihat eksklusif duduk masalah semoga didapat solusinya.
Jokowi di pekan ke dua masih sempat memperlihatkan kebiasaannya blusukan, ia ke Sinabung dan memperkenalkan kartu Indonesia sehat dan kartu Indonesia pintar, serta kartu keluarga sejahtera. Kartu itu disebut-sebut kartu sakti Jokowi menjelang rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.
Di ahad ketiga pemerintahannya, Jokowi menghadiri lembaga internasional di APEC. Di lembaga ini Jokowi memperkenalkan Indonesia dengan segala potensi berinvestasi di dalamnya, di final pidatonya, Jokowi bahkan mengajak para CEO untuk berinvestasi di Indonesia. Ia bahkan menekankan niat dirinya mengakibatkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Kebijakan Jokowi menjelang final satu bulan yang cukup dramatis yaitu keputusannya menaikkan harga BBM bersubsidi. Jokowi beralasan ruang fiskal untuk membangun infrastruktur, sekolah, dan pelayanan kesehatan masih minim di bujet pemerintah. Karena itu, anggaran subsidi BBM pun dikurangi.
Pro dan kontra kebijakan ini pun bermunculan, tak terkecuali dari internal PDI-P. Beberapa kader menyuarakan penolakannya, meski nasi sudah menjadi bubur.
Optimisme terhadap Jokowi melihat dari sentuhannya di pemerintahan setidaknya cukup terasa. "Jokowi-JK telah memperlihatkan fondasi keyakinan bahwa bangsa ini akan lebih baik dengan sejumlah langkah dan kebijakan politik yang telah dilakukannya selama satu bulan berjalan. Meski terlalu dini menilai keberhasilan, namun dalam 30 hari berjalan ini, Pemerintahan Jokowi-JK membangun lanskap bagi penguatan fondasi keindonesiaan yang lebih baik, sebagaimana yang menjadi platform Pemerintahan Jokowi-JK," kata Muradi selaku pengajar Ilmu Politik dan Pemerintahan, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Fondasi yang dibangun Jokowi sudah selayaknya diteruskan dengan membangun pilar-pilar lainnya, dinding yang kokoh dan pagar yang kondusif untuk membangun rumah Indonesia yang lebih baik dan nyaman untuk dihidupi seluruh rakyat di dalamnya.
sumber: Kompas